"Saya bergabung dengan Yamaha untuk menjadi juara."
Kalimat ini yang membuat Maverick Vinales mendapat gunjingan saat memutuskan keluar dari Yamaha pada musim lalu untuk bergabung dengan Aprilia.
Vinales masih belum mewujudkan mimpi besarnya tersebut selama hampir lima musim memperkuat pabrikan garpu tala.
Namun, keinginan untuk bisa kembali menikmati lomba menjadi alasan Vinales untuk mengambil keputusan nekat dengan pindah dari tim penantang gelar menuju tim semenjana.
Sebelum musim ini, atau mungkin tepatnya sebelum Aleix Espargaro finis di posisi ketiga pada MotoGP Inggris musim 2021, Aprilia dipandang sebelah mata.
Reputasi buruk sebagai penghangat posisi belakang dan keputusan kontroversial dalam perekrutan pembalap tidak memberi citra bagus bagi pabrikan asal Noale, Italia, itu.
Akan tetapi, Aprilia secara perlahan membuktikan kualitas mereka. Pun demikian dengan Vinales yang mulai menemukan kecepatannya.
Vinales sukses merebut podium secara back-to-back dengan finis ketiga pada balapan di Assen dan kedua di Silverstone.
Pencapaian positif dalam dua balapan terakhir membuat pembalap berjuluk Top Gun itu makin berani bermimpi lebih tinggi.
Dia ingin mengulangi pencapaian bagus yang pernah diraihnya bersama Yamaha dan Suzuki di Aprilia, yaitu memenangi balapan.
Misi Vinales dimulai pada balapan seri berikutnya di Red Bull Ring, Austria.
"Saya ingin menang di Austria," ujar Vinales dalam wawancara dengan DAZN, dikutip dari laman Motosan.
Vinales sebenarnya sudah merasakan potensi Aprilia sejak tes pertamanya di Sirkuit Misano pada Agustus tahun lalu.
"Saya merasakan potensi Aprilia sejak hari pertama. Saya mencoba motornya dan minggu berikutnya saya sudah berlomba," Vinales menambahkan.
"Selain itu, masih ada banyak ruang untuk perbaikan, baik dari mereka maupun saya."
"Aprilia telah memenangkan banyak gelar di kelas yang lebih rendah dan sekarang mereka mencoba melakukannya di MotoGP."
"Kemenangan sudah dekat dan itu adalah tujuan sebenarnya. Saya tidak tahu berapa lama lagi, tetapi kami akan mendapatkannya,".
Vinales sendiri berterima kasih kepada rekan setimnya, Aleix Espargaro, atas bantuan yang diterimanya.
Dengan Espargaro, Vinales bak mengalami deja vu saat bergabung dengan Aprilia pada musim lalu.
Kenangan akan musim debutnya di MotoGP terulang.
Saat merapat ke Suzuki Ecstar pada 2015, Vinales juga satu tim dengan Espargaro yang lebih berpengalaman darinya.
Saking repseknya Vinales dengan Espargaro, gagasan mengalah saat harus membantu rekan setimnya memburu gelar diterimanya dengan lapang dada.
"Hubungan kami adalah soal saling percaya satu sama lain. Dengan Aleix, semuanya selalu sangat mudah," kata Vinales.
"Kami sudah seperti ini dari 2015 sampai sekarang dan akan terus begitu."
"Saya pikir bahwa Espargaro dan Aprilia telah memberikan segalanya."
"Saya yakin sebagai tim kami dapat memberi lebuh. Di beberapa sirkuit kami mencapai hasil bagus dengan berlomba bersama."
"Dia di posisi depan, saya di belakang, terkadang sebaliknya. Tujuan agar Aprilia menjadi juara," tambahnya.
Vinales berharap akan mendapat giliran untuk terlibat dalam perburuan gelar juara MotoGP, sesuatu yang sudah lama diimpikannya.
"Saya harus memenangkan sebuah gelar, itulah tujuan sebenarnya," tutur Vinales dengan percaya diri.
Vinales masih punya kesempatan. Kontraknya dengan Aprilia telah dipastikan berlanjut hingga MotoGP musim 2024.